Pertama tama saya ucapkan Salam, kali ini saya mendapat tugas untuk menulis tentang “Penyebab Demo Mahasiswa ketika SBY datang”.
Melihat peristiwa yang sangat sering terjadi ketika Presiden dating selalu di hiasi dengan aksi Demo, yang lebih menyedihkan lagi demo tersebut harus sampai menelan banyak korban baik itu luka maupun sampai kehilangan nyawa. Ada baiknya fikirkan apa hasil dari Demo tersebut. Seperti yang terjadi baru baru ini di Makasar, sampai harus lempar batu, bakar ban, merusak kendaraan, dan lain lain, apa itu yang dinamakan penyelesaian masalah? Apa itu yang dinamakan musyawarah? Apa itu yang dinamakan Sosok Moral yang Baik?, bagi saya semua itu sampah kotoran yang harus di buang jauh jauh bila perlu di bakar habis sampai tidak ada sisa lagi. Sebab itu hanya menghasilkan kerugian baik bagi diri sendiri maupu orang lain, orang lain akan memberikan cap buruk pada para pelaku demo tersebut.
Melihat kejadian diatas, sungguh sangat disayangkan. Demonstrasi adalah tindakan untuk menyampaikan penolakan, kritik, ketidakberpihakan, mengajari hal-hal yang dianggap sebuah penyimpangan. Maka dalam hal ini, sebenarnya secara bahasa demonstrasi tidak sesempit, melakukan long-march, berteriak-teriak, membakar ban, aksi teatrikal, merusak pagar, atau tindakan-tindakan yang selama ini melekat pada kata demonstrasi. Seharusnya demonstrasi juga “mendemonstrasikan” apa yang seharusnya dilak kesadaraan akan konteks perjuangan menjadi penting. Ini bukan saatnya mahasiswa dan masyarakat “meruntuhkan tembok”, tapi mengisi ruang kosong yang merupakan sisa-sisa keruntuhan tembok kelaliman. Mengisi ruang publik adalah area perjuangan yang lebih relevan. Menjadi pejabat publik yang amanah, menjadi legislator yang memperjuangkan kepentingan rakyat, menjadi pengusaha yang membuka lapangan kerja, menjadi pegawai negeri yang mau melayani masyarakat, menjadi pegawai swasta yang taat pajak, menjadi aktivis LSM yang tulus memperjuangkan rakyat, menjadi insan pers yang kritis, konstruktif, dan tanggung jawab, menjadi oposan yang ikhlas atau bahkan menjadi pengengguran yang santun adalah posisi dalam ruang publik yang terbuka lebar pasca Orde Baru demi tercapainya cita-cita mulia. Menurut saya mungkin mereka tidak mengetahui bagaimana susahnya sosok seorang SBY dalam menangani berbagai macam hal dan peristiwa yang sedang terjadi baik di dalam negeri maupun luar negeri, seaindainya “Anda” menjadi beliau apakah anda sanggup untuk mengatasinya? Itu adalah pertanyaan yang harus “Anda” jawab, pahami, di cerna, cari solusi terbaik, dan lain lain.
Ini saatnya menyikapi perjuangan dengan lebih cerdas. Bukan sekedar demonstrasi, teriak teriak dan bakar-bakar ban yang anarki, karena demonstrasi nyata-nyata adalah perjuangan yang kontekstual. Disadari atau tidak, masih ada pihak-pihak yang terus menginginkan Indonesia yang penuh dengan kerusuhan dan terpecah belah. Sebagai pencinta dan loyalis bangsa ini, kita harus lebih waspada untuk menghindari berulangnya sejarah kelam Indonesia. Mari kita berikan yang terbaik saja untuk bangsa kita tercinta ini.
Demikian pendapat dan kritik saya, jika ada salah salah kata dan tulisan yang menyinggung saya mohon untuk di maafkan. Sekian dan Terima Kasih Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar